TAWAKKAL
Pengertian Tawakkal
Kata tawakkal berasal dari bahasa Arab yang artinya pasrah dan
menyaerah. Secara istilah, tawakkal berarti sikap pasrah dan menyerah terhadap
hasil suatu pekerjaan atau usaha dengan menyerahkan sepenuhnya kepada Allah SWT
.
Tawakkal dapat diberi pengertian berserah diri kepada Allah SWT
setelah semua proses pekerjaan atau amalan lain sudah dilakkan secara
optimal. Tawakkal harus dilakukan setelah ada usaha dan kerja keras
dengan menerahkan segala kemampuan yang dimiliki. Akan tetapi, ketika seseorang
belum berusaha secara optimal untuk mencapai suatu angan atau
cita-citanya, kemudian ia pasrah atau berserah diri, maka orang tersebut belum
dapat dikatakan tawakkal.
Serahkan semua urusan hanya kepada Allah SWT, jangan menggantungkan
sesuatu kepada selain Allah. Sebab, hanya Allah-lah yang mempunyai kekuasaan
atas segala sesuatu. Segaloa usaha dan kerja keras tidak akan berarti apa-apa,
jika Allah tidak menghendaki keberhasilan ats usaha itu. Manusia boleh berharap
dan harus terus berusaha dengan seganap daya upaya, namun jangan lupa bahwa
manusia tidak dapat menentukan suatau usaha itu berhasil atau gagal.
Dengan demikain, tawakkal dilakukan sesuai dengan aturan yang
benar, sehinga tidak ada penyimpangan akidah dan keyakinan dari perbuatan
tawakkal yang salah.
Perintah Bertawakal
Tawakal kepada Allah termasuk perkara yang diwajibkan dalam Islam.
Allah berfirman dalam surat Ali-Imran ayat 159, yang artinya “Maka
disebabkan rahmat Allah-lah kamu berlaku lemah membut terhadap mereka.
sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan
diri dari sekelilingmu, karena itu maafkanlah mereka dan bermusawarahlah dengan
mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka
bertawakallah kepada Allah, Sungguh Allah mencintai orang yang bertawakal”.
Dan dalam surat al-Maidah ayat 23 yang
artinya “…dan bertawakallah kamu hanya kepada Allah, jika kamu orang-orang
yang beriman”
Bentuk-bentuk Bertawakal
Sebagai muslim kita harus mengenali bentuk-bentuk perilaku
tawakkal, agar kelak dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-sehari, di
antaranya sebagai berikut :
a.
Melakukan sesuatu atas dasar niat ibadah kepada Allah SWT.
b.
Tidak menggantungkan keberhasilan suatu usaha kepada selain Allah
SWT.
c.
Bersikap pasrah dan siap menerima apa pun.
d.
Tidak memaksakan kehendak atau keinginan kepada siapa pun dan pihan
mana pun.
e.
Bersikap tegar dan tenang, baik dalam menerima keberhasilan maupun
kegagalan.
Contoh :
1.
Rajin belajar dan tawakal dengan berdoa kepada Allah akan
menghasilkan kemudahan dalam mengerjakan soal.
2.
Ayah dan Ibu Ahmad adalah petani kecil. Ia sangat mendambakan agar
Ahmad kelak menjadi anak saleh yang cerdas. Sebagai muslim dan muslimat yang
taat beragama, setiap hari mereka selalu berdoa dan bertawakal kepada Allah
semoga keluarganya hidup tentram di bawah ridho Allah.
Dampak Positif Tawakal
a.
Memperoleh kepuasan batin karena keberhasilan usahanya mendapat
ridho Allah.
b.
Memperoleh ketenangan jiwa karena dekat dengan Allah yang mengatur
segala-galanya.
c.
Mendapatkan keteguhan hati.
Membiasakan Diri Berperilaku Tawakal
Manusia harus sadar dirinya lemah, terbukti sering mengalami
kegagalan. Keberhasilan usaha manusia ada pada kuasa dan kehendak Allah
semata-mata. Oleh sebab itu, manusia harus mau bertawakal kepada Allah setelah
melakukan usaha secara sungguh-sungguh. Orang yang tawakal berarti menunggu
keberhasilan usahanya. Oleh sebab itu, pada waktu tawakal hendaknya
memperbanyak doa kepada Allah agar usahanya berhasil baik.
IKHTIAR
Pengertian Ikhtiar
Kata ikhtiar berasal dari bahasa Arab
(ikhtara-yakhtaru-ikhtiyaaran) yang berarti memilih. Ikhtiar diartikan berusaha
karena pada hakikatnya orang yang berusaha berarti memilih.
Adapun menurut istilah, berusaha dengan mengerahkan segala
kemampuan yang ada untuk meraih suatu harapan dan keingina yang dicita-citakan,
ikhtiyar juga juga dapat diartikan sebagai usaha sungguh-sungguh yang dilakukan
untuk mendapatkan kebahagiaan hidup, baik di dunia maupun di akhirat.
Perintah untuk Berikhtiar
Dalil-dalil yang mewajibkan kita berikhtiar, antara lain :
a.
Surat al-Jumu’ah ayat 10
Yang artinya :”Apabila salat
telah dilaksanakan, maka bertebaranlah kamu di bumi, carilah karunia Allah dan
ingatlah Allah banyak-banyak agar kamu beruntung”.
b.
H.R. al-Bukhori nomor 1378 dari Zubair bin Awwam r.a
Yang artinya : “Sungguh, jika
sekiranya salah seorang diantara kamu membawa talinya(untuk mencari kayu
bakar), kemudian ia kembali dengan membawa seikat kayu di atas punggungnya,
lalu ia jual sehingga Allah mencukupi kebutuhannya(dengan hasil itu) adalah
lebih baik daripada meminta-minta kepada manusia, baik mereka(yang diminta)
member atau menolaknya”.
Bentuk-bentuk Ikhtiar
Sebagai muslim kita harus mengenali bentuk-bentuk perilaku ikhtiar,
agar kelak dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-sehari, di antaranya
sebagai berikut :
1.
Mau bekerja keras dalam mencapai suatu harapan dan cita-cita.
2.
Selalu bersemangat dalam menghadapi kehidupan.
3.
Tidak mudah menyerah dan putus asa.
4.
Disiplin dan penuh tanggung jawab.
5.
Giat bekerja dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup.
6.
Rajin berlatih dan belajar agar bisa meraih apa yang diinginkannya.
Dampak Positif Ikhtiar
Banyak nilai positif yang terkandung dalam perilaku ikhtiar, di
antaranya sebagai berikut :
1.
Terhindar dari sikap malas.
2.
Dapat mengambil hikmah dari setiap usaha yang dilakukannya.
3.
Memberikan contoh tauladan bagi orang lain.
4.
Mendapat kasih sayang dan ampuna dari Allah SWT.
5.
Merasa batinnya puas karena dapat mencukupi kebutuhan hidupnya.
6.
Terhormat dalam pandangan Allah dan sesame manusia karena sikapnya.
7.
Dapat berlaku hemat dalam membelanjakan hartanya.
Membiasakan Diri Berikhtiar
Sikap perilaku ikhtiar harus dimiliki oleh setiap muslim agar mampu
menghadapi semua godaan dan tantangan dengan kerja keras dan ikhtiar. Untuk itu
hendaklah perhatikan terlebih dahulu beberapa hal berikut :
1.
Kuatkan iman kepada Allah SWT.
2.
Hindari sikap pemalas.
3.
Jangan mudah menyerah dan putus asa.
4.
Berdo’a kepada Allah agar diberi kekuatan untuk selalu berikhtiar.
5.
Giat dan bersemangat dalam melakukan suatu usaha.
6.
Tekun dalam melaksanakan tugas, Pandai-pandai memanfaatkan waktu.
7.
Tidak mudah putus asa, selalu berusaha memajukan usahanya.
SABAR
Pengertian Sabar
Menurut bahasa, sabar artinya tabah,tahan uji. Sabar berarti tahan
menderita sesuatu, tidak lekas marah, tidak lekas patah hati, dan tidak lekas
putus asa.
Adapun menurut istilah, sabar ialah kondisi ental seseorang yang
mampu mengendalikan hawa nafsu yang ada dalam dirinya. hawa nafsu di sini
mengandung arti sangat luas, misalnya amarah, ambisi, serakah, tergesa-gesa,
dan sebagainya. Oleh karena itu, orang yang sabar adalah orang yang mampu
mengendalikan hawa nafsunya. Sabar merupakan salah satu akhlak terpuji dan
kunci untuk mendapatkan ketentraman dan kebahagiaan hidup.
Kesabaran merupakan salah satu ciri mendasar orang yang bertaqwa
kepada Allah SWT. Bahkan sebagian ulama mengatakan bahwa kesabaran merupakan
setengahnya keimanan. Sabar memiliki kaitan yang tidak mungkin dipisahkan dari
keimanan: Kaitan antara sabar dengan iman, adalah seperti kepala dengan jasadnya.
Tidak ada keimanan yang tidak disertai kesabaran, sebagaimana juga tidak ada
jasad yang tidak memiliki kepala.
Namun kesabaran adalah bukan semata-mata memiliki pengertian
"nrimo", ketidak mampuan dan identik dengan ketertindasan. Sabar
sesungguhnya memiliki dimensi yang lebih pada pengalahan hawa nafsu yang
terdapat dalam jiwa insan. Dalam berjihad, sabar diimplementasikan dengan
melawan hawa nafsu yang menginginkan agar dirinya duduk dengan santai dan
tenang di rumah. Justru ketika ia berdiam diri itulah, sesungguhnya ia belum
dapat bersabar melawan tantangan dan memenuhi panggilan ilahi.
Sabar juga memiliki dimensi untuk merubah sebuah kondisi, baik yang
bersifat pribadi maupun sosial, menuju perbaikan agar lebih baik dan baik lagi.
Bahkan seseorang dikatakan dapat diakatakan tidak sabar, jika ia menerima
kondisi buruk, pasrah dan menyerah begitu saja. Sabar dalam ibadah
diimplementasikan dalam bentuk melawan dan memaksa diri untuk bangkit dari
tempat tidur, kemudian berwudhu lalu berjalan menuju masjid dan malaksanakan
shalat secara berjamaah. Sehingga sabar tidak tepat jika hanya diartikan dengan
sebuah sifat pasif, namun ia memiliki nilai keseimbangan antara sifat aktif
dengan sifat pasif.
Macam-macam Sabar
Iman al-Gazali membagi kesabaran menjadi tiga macam, yaitu :
1.
Sabar dalam ketaatan, yaitu melaksanakan tugas atau kewajiban
dengan ikhlas.
2.
Sabar dalam menghadapi musibah, yaitu tabah atau kuat hati saat
menerima cobaan hidup.
3.
Sabar dari maksiat, yaitu rela meninggalkan perbuatan maksiat dan
tidak menyesal atau iri apabila melihat orang lain dapat bersenang-senang dalam
maksiat.
Perintah untuk Bersabar
1.
Sabar dalam Ketaatan, dalam firman Allah, surat Ali-Imran ayat 200
2.
Sabar dalam Musibah, dalam Firman Allah surat al-Baqarah ayat
155-156
3.
Sabar dari Maksiat, dalam firman Allah surat an-Nahl ayat 126-127
4.
Dari Suhaib ra, bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Sungguh
menakjubkan perkaranya orang yang beriman, karena segala urusannya adalah baik
baginya. Dan hal yang demikian itu tidak akan terdapat kecuali hanya pada orang
mu'min: Yaitu jika ia mendapatkan kebahagiaan, ia bersyukur, karena (ia
mengetahui) bahwa hal tersebut merupakan yang terbaik untuknya. Dan jika ia
tertimpa musibah, ia bersabar, karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut
merupakan hal terbaik bagi dirinya." (HR. Muslim)
Bentuk-bentuk atau Contoh Sikap Sabar
Sebagai muslim kita harus mengenali bentuk-bentuk perilaku sabar,
agar kelak dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-sehari, di antaranya
sebagai berikut :
a)
Bersabar dalam hal belajar untuk meraih cita-cita dan harapan
b)
Sabar ketika diejek oleh teman-teman, karena kesabaran akan membawa
hasil yang positif.
c)
Tidak mudah emosi atau marah.
d)
Tidak tergesa-gesa.
e)
Menerima segala sesuatu dengan kepala dingin.
f)
Tidak mudah menyalahkan orang lain.
g)
Selalu berserah diri kepada Allah SWT.
Dampak Positif Sikap Sabar
Banyak nilai positif yang terkandung dalam perilaku sabar, di
antaranya sebagai berikut:
1.
Terhindar dari bencana dan mala petaka yang disebabmkan oleh nafsu.
2.
Melatih diri mengendalikan hawa nafsu.
3.
Disayang oleh Allah.
4.
Memiliki emosi yang stabil
5.
Memiliki harapan akan masuk ke surge sesuai janji Allah da;am surat
al-Baqarah ayat 155
6.
Berhasil mengembalikan persaudaraan yang hamper rusak.
Membiasakan Diri Bersikap Sabar
a.
Selalu ingat bahwa marah tidak dapat menyelesaikan masalah
b.
Memperbanyak bergaul dengan teman-teman yang baik, berakhlak mulia
c.
Membatasi diri dan bersikap-hati-hati dalam bergaul dengan teman
yang berwatak keras dan kasar.
d.
Hindari bergaul dengan orang-orang yang berperilaku tidak
menyenangkan.
e.
Hadapi segala sesuatu dengan tenang.
f.
Hindari sifat tergesa-gesa.
SYUKUR
Pengertian Syukur
Syukur berasal dari bahasa Arab yang berarti berterima kasih.
Menurut istilah, bersyukur adalah berterima kasih kepada Allah atas karunia
yang dianugerahkan kepada dirinya.
Apabila direnungkan secara mendalam, ternyata memang banyak nikmat
Allah yang telah kita terima dan gunakan dalam hidup ini. Demikian banyaknya
sehingga kita tidak mampu menghitungnya.
Hakikat syukur adalah menampakkan nikmat dengan menggunakannya pada
tempat dan sesuai dengan kehendak pemberinya. Sedangkan kufur adalah
menyembunyikan dan melupakan nikmat.
Pada dasarnya, semua bentuk syukur ditujukan kepada Allah. Namun,
bukan berarti kita tidak boleh bersyukur kepada mereka yang menjadi perantara
nikmat Allah. Ini bisa dipahami dari perintah Alah untuk bersyukur kepada orang
tua yang telah berjasa menjadi perantara kehadiran kita di dunia.
Perintah bersyukur kepada orang tua sebagai isyarat bersyukur
kepada mereka yang berjasa dan menjadi perantara nikmat Alloh. Orang yang tidak
mampu bersyukur kepada sesama sebagai tanda ia tidak mampu pula bersyukur
kepada Alloh swt.
Manfaat syukur akan menguntungkan pelakunya. Allah tidak akan
memperoleh keuntungan dengan syukur hamba-Nya dan tidak akan rugi atau
berkurang keagungan-Nya apabila hamba-Nya kufur.
Perintah Bersyukur
Mensyukuri nikmat Allah adalah kewajiban setiap muslim dan
muslimat. Dalil-dalil yang mewajibkan bersyukur, diantaranya :
a.
Surat al-Baqarah ayat 152
b.
Surat an-Nahl ayat 114
c.
Surat al-Ankabut ayat 17
d.
Allah berfirman, ''Dan siapa yang bersyukur, maka sesungguhnya
dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan siapa yang ingkar, maka
sesungguhnya Tuhanku Mahakaya lagi Maha Mulia.'' (QS 27: 40)
e.
Nabi bersabda, ''Siapa yang tidak mensyukuri manusia, maka ia
tidak mensyukuri Alloh.'' (HR Tirmidzi).
f.
Firman Allah SWT, ''Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua
ibu-bapakmu, hanya kepada-Kulah kamu kembali.'' (QS 31: 14).
g.
Allah SWT berfirman, ''Dan (ingatlah) tatkala Tuhanmu memaklumkan,
'Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu,
dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya azab-Ku sangat pedih'.''
(QS 14: 7).
h.
Allah berfirman, ''Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah,
niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.'' (QS 16: 18).
i.
”Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah nikmat
kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku),maka pasti azab-Ku sangat
berat."(QS.ibrahim : 14)
Bentuk-bentuk Bersyukur
Sebagai muslim kita harus mengenali bentuk-bentuk perilaku syukur,
agar kelak dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-sehari, di antaranya
sebagai berikut :
1.
Selalu mengucapkan “al hamdulillah” atau terima kasihsetiap kali
menerima menukmatan.
2.
Menggunakan apa yang diberikan sesuai dengan kehendak pamberinya.
3.
Menjaga dan merawat dengan baik apa yang telah diberikan.
4.
Menyisihkan sebagian harta kita untuk diserahkan ke baitul mal
5.
Menyisihkan waktunya untuk membantu orang yang belum bisa membaca
Al-Quran.
Nilai Positif Bersyukur
Banyak nilai positif yang terkandung dalam perilaku syukur, di
antaranya sebagai berikut :
1.
Memperoleh kepuasan batin karena dapat menaati salah satu kewajiban
hamba terhadap Allah SWT.
2.
Terhindar dari sifat tamak
3.
Terhindar dari murka Allah SWT.
4.
Mendapat jaminan tambahan nikmat Allah
Membiasakan Diri Bersyukur
1.
Menerima pemberian orang tua dengan senang hati
2.
Memanfaatkan uang untuk membeli hal-hal yang bermanfaat
3.
Tidak boros dalam menggunakan uang
QANA’AH
Pengertian Qonaah
Kata qonaah berasal dari bahasa Arab yang berarti rela, suka
menerima yang dibagikan kepadanya. Adapun secara istilah, qonaah adalah sikap
menerima semua yang telah dikaruniakan Allah SWT kepada kita. Dapat pula
dikatakan bahwa qana’ah ialah sikap perilaku menerima dan menggunakan suatu
pemberian Allah sesuai dengan ketentuan Allah dan kebutuhan kita.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Kekayaan
(yang haqiqi) bukanlah dengan banyaknya harta. Namun kekayaan (yang haqiqi)
adalah kekayaan jiwa.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Kekayaan jiwa dalam hadits tersebut adalah Qona’ah. Dalam bahasa
jawa sering diartikan sebagai sikap “nerimo”. Bersyukur terhadap apa-apa yang
telah diberikan oleh Allah. Terkadang yang diterima oleh manusia menurut ukuran
materi jumlahnya sedikit, tetapi sebenarnya nikmat yang diberikan oleh Allah
tidak bisa terhitung jumlahnya.
Di kesempatan yang lain rasulullah juga bersabda “Sungguh sangat
beruntung orang yang telah masuk Islam, diberikan rizki yang cukup dan Allah
menjadikannya merasa puas dengan apa yang diberikan kepadanya.” (HR. Muslim).
Islam memberikan jaminan rezeki bagi penganutnya selama mereka taat terhadap
perintah-perintah Allah disamping mereka harus Qona’ah terhadap apa-apa yang
diberikan Allah untuknya.
Merasa puas terhadap apa yang didapatkan akan menjadikan hati menjadi
Qona’ah. Dan orang-orang yang bersikap Qona’ah akan mudah untuk bersyukur pada
Allah. Yang kemudian akan diberikan limpahan rahmat lebih banyak lagi karena
kesyukurannya tersebut.
Sebenarnya orang fakir itu adalah orang yang tidak pernah mempunyai
sifat Qona’ah dalam dirinya. Karena mereka merasa kekurangan terus menerus
dalam hidupnya. Tetapi lain halnya dengan hakekat orang yang kaya, Ia selalu
merasa puas terhadap apa yang didapatnya sehingga ia bersyukur.Setan selalu
menggoda manusia untuk tidak Qona’ah terhadap dunia. Akibatnya manusia selalu
merasa kurang terhadap apa yang diberikan oleh Allah. Memang sifat Qona’ah itu
tidak jatuh dari langit dengan sendirinya kepada manusia, tetapi harus diasah
dan dilatih. Dan hanya dengan sikap sabar bisa menumbuhkan sifat Qona’ah. Sabar
untuk selalu berusaha merasa puas terhadap apa yang didapatnya.
Dengan sifat Qona’ah ini, orang akan selalu merasa bersyukur,
sehingga mudah baginya untuk berbagi kepada orang lain dan dapat menghilangkan
sifat serakah dalam hati. Ni’mat yang digenggamnya tidak ia nikmati sendiri
tetapi ia bagikan kepada orang-orang disekitarnya yang membutuhkan. Artinya
qana’ah tidak hanya pada waktu rizki yang kita terima sedikit, tetapi pada
waktu rizki melimpah pun kita harus tetap qana’ah.
Perintah untuk Bersifat Qonaah
Dalil tentang wajibnya memiliki sifat qonaah, antara lain: dalam
surat an-Nisa’ ayat 32 , dimana ayat ini berisi tentang larangan bersikap iri
terhadap karunia yang diterima orang lain, sedangkan sikap iri berarti tidak
suka melihat orang lain mendapatkan kesenangan
Bentuk-bentuk Qonaah
1.
Selalu ikhlas menerima kenyataan hidup.
2.
Tidak banyak berangan-angan.
3.
Tidak bersikap iri ter hadap kenikmatan yang diterima orang lain.
4.
Sudah cukup merasa senang walaupun ke sekolah dengan berjalan kaki.
5.
Merasa cukup dengan kondisi yang pas-pasan,asalkan mampu
menyekolahkan anaknya.
Nilai Positif Qonaah
1.
Terhindar dari sifat tamak
2.
Dapat merasakan ketenteraman hidup karena merasa cukup atas karunia
Allah yang dianugerahkan kepada dirinya
3.
Mendapat jaminan tambahan nikmat dari Allah dan terhindar dari
ancaman siksa yang berat
4.
Membiasakan Diri Bersifat Qonaah
5.
Sering memperhatikan orang-orang yang lebih miskin daripada kita
6.
Tidak sering memerhatikan orang yang lebih kaya agar kita tidak
merasa kurang
7.
Membiasakan diri berlaku hemat.
8.
Biasakan bersikap ikhlas.
9.
Hindari kebiasaan berangan-angan.