<style>
#menunavigasihorisontal {
background: #800080;
width: 100%;
color: #800080;
margin: 10px 0;
padding: 0;
position: relative;
border-top:0px solid #FFF;
height:35px; }
#bb2nav {
margin: 0;
padding: 0;}
#bb2nav ul {
float: left;
list-style: none;
margin: 0;
padding: 0;}
#bb2navli {
list-style: none;
margin: 0;
padding: 0;}
#bb2nav li a, #bb2nav li a:link, #bb2nav li a:visited {
color: #FFFFFF;
display: block;
font:bold 12px Helvetica, sans-serif;
margin: 0;
padding: 12px 12px 12px 12px;
text-decoration: none;
border-right:0px solid #627AAD;}
#bb2nav li a:hover, #bb2nav li a:active {
background: #00008B;
color: #FFFFFF;
display: block;
text-decoration: none;
margin: 0;
padding: 12px 12px 12px 12px;}
#bb2nav li {
float: left;
padding: 0;}
#bb2nav li ul {
z-index: 9999;
position: absolute;
left: -999em;
height: auto;
width: 160px;
margin: 0;
padding: 0;}
#bb2nav li ul a {
width: 140px;}
#bb2nav li ul ul {
margin: -25px 0 0 161px;}
#bb2nav li:hover ul ul, #bb2nav li:hover ul ul ul, #bb2nav
li.sfhover ul ul, #bb2nav li.sfhover ul ul ul {
left: -999em;}
#bb2nav li:hover ul, #bb2nav li li:hover ul, #bb2nav li li
li:hover ul, #bb2nav li.sfhover ul, #bb2nav li li.sfhover ul, #bb2nav
li li li.sfhover ul {
left: auto;}
#bb2nav li:hover, #bb2nav li.sfhover {
position: static;}
#bb2nav li li a, #bb2nav li li a:link, #bb2nav li li a:visited {
background: #000080;
width: 120px;
color: #FFFFFF;
display: block;
font:normal 12px Helvetica, sans-serif;
margin: 1px 0 0 0;
padding: 9px 12px 10px 12px;
text-decoration: none;
z-index:9999;
border:1px solid #ddd;
-moz-border-radius:4px;
-webkit-border-radius:4px;}
#bb2nav li li a:hover, #bb2nav li li a:active {
background: #627AAD;
color: #FFFFFF;
display: block;}
#bb2nav li li li a, #bb2nav li li li a:link, #bb2nav li li li
a:visited {
background: #800080;
width: 120px;
color: #FFFFFF;
display: block;
font:normal 12px Helvetica, sans-serif;
padding: 9px 12px 10px 12px;
text-decoration: none;
z-index:9999;
border:1px solid #ddd;
margin: 1px 0 0 -14px;}
#bb2nav li li li a:hover, #bb2nav li li li a:active {
background: #000080;
color: #FFFFFF;
display: block;}
</style>
<div id='menunavigasihorisontal'>
<ul id='bb2nav'>
<li>
<a href='http://filsuflana.blogspot.co.id/2016/12/biografi-maulana-ainul-yaqin.html'>Profil</a>
</li>
<li>
<a href='#'>Organisasi-kun ▼</a>
<ul>
<li><a href='http://filsuflana.blogspot.co.id/2016/12/profil-hmps-pai-stain-pekalongan.html'>Profil HMPS PAI IAIN Pekalongan ▼</a>
</li></ul>
<li>
<a href='#'>Catatan-kun ▼</a>
<ul>
<li><a href='http://filsuflana.blogspot.co.id/2016/12/kuliahatau-organisasi-by-maulana-ainul.html'>Kuliah Or Organisasi</a></li>
<li><a href='http://filsuflana.blogspot.co.id/2016/12/catatan-pendidikan-berbudaya.html'>Pendidikan Berbudaya</a></li>
<li><a href='http://filsuflana.blogspot.co.id/2016/12/catatan-pengangguran-terdidik.html'>Pengangguran Terdidik</a></li>
</ul>
<li>
<a href='#'>Tips Jitu-kun ▼</a>
<ul>
<li><a href='http://filsuflana.blogspot.co.id/2016/11/teknik-dasar-public-speaking.html'>Public Speaker</a></li>
</ul>
<li>
<a href='#'>Video-kun ▼</a>
<ul>
<li><a href='http://filsuflana.blogspot.co.id/2016/11/tentangku-orasi-hardiknas.html'>Orasi Pendidikan</a></li>
</ul>
<li>
<a href='#'>Mata Kuliah-kun ▼</a>
<ul>
<li><a href='http://filsuflana.blogspot.co.id/2016/12/ilmu-pendidikan.html'>Ilmu Pendidikan</a></li>
<li><a href='http://filsuflana.blogspot.co.id/2016/12/masailul-fiqiyah.html'>Masail Fiqhiyah</a></li>
<li><a href='http://filsuflana.blogspot.co.id/2016/12/studi-tokoh-pendidikan-islam.html'>S T P I</a></li>
<li><a href='http://filsuflana.blogspot.co.id/2016/12/perencanaan-sistem-pendidikan.html'>Perencanaan Sistem PAI</a></li>
<li><a href='http://filsuflana.blogspot.co.id/2016/12/tafsir-tarbawi-ii.html'>Tafsir Tarbawi</a></li>
</ul>
<li>
<a href='#'>Materi PAI-kun ▼</a>
<ul>
<li><a href='http://filsuflana.blogspot.co.id/2016/12/hukum-bacaan-al-qomayiyah-dan-as.html'>Hukum Bacaan "Al"Syamsiyah dan "Al" Qamariyah</a></li>
<li><a href='http://filsuflana.blogspot.co.id/2016/12/akhlak-terpuji.html'>Akhlak Terpuji</a></li>
<li><a href='http://filsuflana.blogspot.co.id/2016/12/thaharoh-bersuci.html'>Thaharah (Bersuci)</a></li>
<li><a href='http://filsuflana.blogspot.co.id/2016/12/sholat-wajib.html'>Sholat Wajib</a></li>
<li><a href='http://filsuflana.blogspot.co.id/2016/12/hadas-dan-najis.html'>Najis dan Hadas</a></li>
<li><a href='http://filsuflana.blogspot.co.id/2016/12/tata-cara-mandi-wajib.html'>Tatacara Mandi Wajib</a></li>
</ul>
</li></li></li></li></li></li></ul></div>
Maulana Ainul Yaqin-kun
Jumat, 01 Juni 2018
Selasa, 27 Desember 2016
Biografi Maulana Ainul Yaqin
Assalamualaikum Wr. Wb...
Nama :
Maulana Ainul Yaqin
Nama Tren : Lana, Maul, Yaqin, May, Nana, Abang Lana, Abang
Nana
TETALA : Pekalongan, 10 Mei 1996
Alamat :
Jl. K.H. Asya’ari Setono Gang 3 Timur No. 1 Rt:001 Rw: 004 Pekalongan Jawa
Tengah Indonesia
Email :
maulanaainulyaqin69@gmail.com
Facebook :
Maulana Ainul Yaqin
Hobi :
Kuliner, jalan”, Olahraga
Golongan Darah : O
Tinggi Badan : 177
(umur 20)
Berat Badan : 73
(umur 20)
No. Hp :
085842565569 (saat ini)
Nama Ayah :
Muslikhin Katani
Nama Ibu :
Nur Laelatul Badriyah
Motto Hidup :
Seribu Satu Jalan maka Jangan kauberputus Asa
Pesan :
Marah, Nafsu, Emosi itulah musuhmu yang harus kamu kalahkan
Riwayat Pendidikan :
1.
TK
ABA Setono Pekalongan Tahun 2001/2002
2.
SDI
Setono 01 Pekalongan Tahun
2007/2008
3.
SMP
N 07 Pekalongan Tahun
2010/2011
4.
SMK
Muhammadiyah Pekalongan Tahun
2013/2014
5.
IAIN
Pekalongan Sekarang…
Peng. Organisasi :
1.
Ketua
HMPS PAI STAIN Pekalongan Periode
2015/2016
2.
Anggota
IPNU Ranting Setono Periode
2015/2017
3.
Wakil
Ketua RaTar PMII STAIN Pekalongan Periode
2016/2017
4.
Ketua
BEM F IAIN Pekalongan Periode
2016-2017
Profil HMPS PAI STAIN Pekalongan
HIMPUNAN
MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
( HMPS PAI )
Pengetahuan yang tak di dasari
dengan kecerdasan afektif dan psikomotorik adalah hal yang tabu. Mengapa bisa
dikatakan tabu??? Untuk kalangan kita yang biasa di panggil sebagai status
Mahasiswa, pengetahuan merupakan hal yang biasa di dapat di bangku perkuliahan.
Tak lain dan tak bukan misalnya dalam pembuatan makalah, presentasi serta
tugas, itu semua hal yang biasa dilakukan sehari-harinya.
Namun, hakikat sebagai Mahasiswa
bukan hanya soal itu saja yang katanya menjadi mahasiswa kuliah pulang kuliah,
pulang kuliah perpustakaan.. yess. Itu sangat menentukan sekali akademis dengan
IPK Cumlaude. Bagi mereka adalah hal yang mudah untuk meraih itu. Sayangnya,
apa kita setelah lulus dan ipk cumlaude itu sudah pasti menentukan kita untuk
diterima di dunia pekerjaan. Tentunya itu bukan hal yang sangat penting bagi di
terima atau tidaknya di dunia kerja, meskipun sedikit banyak ada yang
memprioritaskan.
Mahasiswa
merupakan agen perubahan. Yess.. agent of changes bagi lingkungan kampus atau
masyarakat. Mengapa seperti itu?? Ya,, karena kita adalah pembawa inspirasi
bagi mereka yang pada dasarnya kurang mengetahui hal-hal yang seharusnya perlu
di ubah, baik itu fikiran ataupun tindakan yang tentunya membawa arus yang
lebih baik.
Sekilas tentang HMPS PAI..........
HMPS PAI merupakan organisasi
kemahasiswaan yang bertujuan sebagai wadah aspirasi mahasiswa PAI dalam
membangun citra diri dariprogram studi PAI yang sesuai dengan tuntutan zaman.
Organisasi ini berdiri pada tanggal 14 februari 2010. Sebelumnya juga sempat berdiri
HMPS D2 PAI karena dahulu ada Program Studi Diploma2 PAI di STAIN Pekalongan,
ketika Prodi tersebut di hapuskan maka HMPS nya pun ikut di hapuskan. Karena
keberadaan HMPS bergantung dari Program Studinya. Sejak awal berdiri Program
Studi Strata1 PAI, Mahasiswa PAI berada dalam naungan HMJ Tarbiyah, karena pada
waktu itu Program Studi PBA belum muncul, maka HMJ Tarbiah di rasa cukup
sebagai wadah mahasiswa PAI.
Kemudian semenjak munculnya Program
Studi Pendidikan Bahasa Arab dan di susul berdirinya HMPS PBA pada bulan
Februai 2010, maka pada bulan yang sama mahasiswa PAI yang di motori sahabat
Abdul Adhim dan kawan-kawan melaksanakan musyawarah dalam rangka pembentukan
suatu organisasi sebagai wadah bagi mahasiswa PAI secara khusus dengan diikuti
perwakilan dari seluruh kelas Program Studi PAI angkatan 2010 dan perwakilan
dari HMJ Tarbiyah serta HMPS PBA pada tanggal 14 februari 2010. Akhirnya dalam
musyawarah tersebut memutuskan Sahabat Abdul Adhim sebagai ketua pertama Himpunan
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Agama Islam. Namun organisasi ini baru di
sahkan pada tanggal 10 juni 2011 dengan surat keputusan nomor : Sti.20/C-II/PP.00.9/685/2010.Seiring
berjalannya waktu setelah lembaga STAIN PEKALONGAN beralih status menjadi IAIN
PEKALONGAN, HMPS PAI akan mengikuti perubahan tersebut dengan berganti nama
menjadi HMJ (Himpunan Mahasiswa Jurusa) PAI.
Catatan Pengangguran Terdidik
Pengangguran
Terdidik??
By: Khoiruzadi
LULUS kuliah dan menjadi sarjana ternyata bukan jaminan
bisa langsung memperoleh pekerjaan yang diinginkan.
Bahkan lulusan jurusan favorit pun tak luput dari yang namanya kesulitan dalam
memperoleh pekerjaan, hal itu juga tidak selalu
menjadi tiket yang mujarab untuk lolos dari status penganggur terdidik.
Di media massa, setiap hari
memang selalu muncul iklan lowongan kerja yang menawarkan kesempatan berkarir
bagi pencari kerja, terutama para sarjana dengan kualifikasi kompetensi
tertentu. Tetapi, ironisnya, dari berbagai persyaratan dan kualifikasi tenaga
kerja yang dibutuhkan, umumnya tidak banyak yang bisa dipenuhi para pencari
kerja. Karena itu, yang terjadi kemudian tetap saja daftar jumlah pencari kerja
terus bertambah. Lowongan kerja yang senantiasa mensyaratkan penguasaan bahasa
asing (terutama bahasa Inggris), indeks prestasi lulusan minimal 3, dan
lain-lain sering menjadi kendala tersendiri yang memperkecil peluang para
pencari kerja terdidik untuk dapat terserap dalam dunia pekerjaan.
Data
BPS 2015 melaporkan, dari 7,56 juta penganggur di Indonesia sampai Agustus 2015,
ternyata paling banyak didominasi oleh sekolah menengah kejuruan, kemudian
disusul sekolah menengah atas (SMA), kemudian lulusan diploma dan sarjana.. Badan Pusat Statistik (BPS) menguraikan, jumlah lulusan
diploma dan sarjana yang menganggur masing-masing 7, 54 persen dan 6,40 persen.
Secara keseluruhan, di Indonesia jumlah penganggur pada Agustus 2015 mencapai
7,56 juta orang atau 6,84 persen dari total angkatan kerja.
Terlepas apa pun faktor
penyebabnya, fenomena sarjana yang menganggur dan banyaknya penganggur usia
muda yang produktif adalah salah satu isu di bidang ketenagakerjaan yang
membutuhkan perhatian ekstra. Sebab, mereka hanya menambah panjang daftar
jumlah penganggur yang sudah berjubel sebelumnya. Seperti diketahui, ketika
kondisi sektor riil masih lesu dan investasi yang masuk belum terlalu
menggembirakan, bahkan sebagian industri yang sudah ada di tanah air dilaporkan
telah hengkang ke Vietnam dan Tiongkok, salah satu ancaman serius yang dihadapi
pemerintah adalah kemungkinan timbulnya ledakan penganggur terdidik.
Di atas kertas, kesempatan
kerja bagi lulusan perguruan tinggi secara teoretis seharusnya cenderung lebih
terbuka. Dengan begitu, tingkat penganggur dari kelompok tersebut cenderung
lebih kecil daripada kelompok yang berpendidikan lebih rendah. Namun,
kesempatan kerja itu akan menyempit seiring dengan meningkatnya jumlah lulusan
dari tingkat pendidikan yang lebih tinggi (Keyfitz, 1986).
Fakta di lapangan sering
memperlihatkan bahwa proporsi terbesar dari para penganggur adalah mereka yang
memiliki pendidikan lebih tinggi. Kritik yang sering dilontarkan adalah lembaga
pendidikan di Indonesia dinilai tidak dapat mencetak lulusan yang siap pakai,
ada ketidaksesuaian (mismatch) antara output pendidikan dan tuntutan perkembangan
ekonomi, serta kualitas lulusan tidak cocok dengan kebutuhan dunia usaha.
Pendidikan yang lebih tinggi kebanyakan menyebabkan anak muda justru menolak
untuk mengerjakan pekerjaan-pekerjaan dengan sistem manual, termasuk pekerjaan
di sektor pertanian yang dinilai kurang sesuai dengan tingkat pendidikan
mereka. Kalangan terdidik, khususnya lulusan PT, cenderung mencari pekerjaan di
sektor jasa. Padahal, pertumbuhan kesempatan kerja di sektor jasa tidak mampu
mengimbangi pertumbuhan angkatan kerja terdidik.
Di berbagai daerah, khususnya
perkotaan, ditemui banyak pemuda yang memilih menganggur daripada melakukan
pekerjaan yang dianggap tidak sesuai dengan tingkat pendidikan dan gaji yang
diterima juga dinilai terlalu rendah. Gejala itu terutama terlihat pada
kalangan lulusan PT yang secara ekonomi mapan dan belum berkeluarga. Mereka
biasanya lebih memilih sementara waktu menganggur karena keluarganya mampu
mencukupi kebutuhannya sampai menemukan pekerjaan yang dianggap sesuai dengan
tingkat pendidikannya.
Studi yang dilakukan penulis
(2015) terhadap 50 sarjana yang menganggur menemukan, karena kualifikasi
keahlian yang dimiliki dan kebutuhan pasar tenaga kerja acap mismatch, jumlah sarjana
penganggur pun dari waktu ke waktu terus bertambah. Bahkan, tidak sedikit
sarjana yang termasuk dalam kelompok penganggur yang disebut discourage unemployment (penganggur putus asa), yakni
penganggur sudah bertahun-tahun mencari kerja tapi tanpa hasil karena faktor demand for labor dan supply for labor yang makin tidak seimbang.
Sebuah keluarga yang sudah habis-habisan membiayai kuliah
anaknya sampai lulus terpaksa menjual sebagian lahannya dan tak jarang pula
utang ke sana-kemari untuk biaya kuliah anaknya. Ternyata, anaknya yang sudah
lulus dan menjadi sarjana itu tak kunjung memperoleh kerja. Sangatlah wajar jika sarjana yang menganggur seperti itu menjadi
frustrasi, putus asa, dan lantas menjadi penganggur abadi.
Di luar arti penting komitmen
politis dan dukungan dana untuk membiayai pelaksanaan program penanganan
penganggur terdidik, salah satu aspek penting yang perlu diperhatikan dalam
upaya penanganan penganggur terdidik adalah persoalan substansi program yang
digulirkan dan strategi yang seharusnya dikembangkan untuk menjamin efektivitas
pelaksanaan program itu.
Secara garis besar, arah
kebijakan dan upaya penanggulangan masalah penganggur terdidik seyogianya
mencakup empat hal pokok.
Pertama, bagaimana mendorong pengembangan dan pertumbuhan
kesempatan kerja baru bagi para pencari kerja atau penganggur terdidik, baik
lewat program-program pemerintah maupun multiplier
effect dari kegiatan
investasi swasta.
Kedua, bagaimana meningkatkan kualitas dan posisi tawar para
pencari kerja, termasuk penganggur terdidik yang berminat mencari kerja di luar
negeri agar mereka dapat lebih berdaya serta sesuai dengan kebutuhan pasar
kerja yang ada.
Ketiga, bagaimana membantu dan memfasilitasi pengembangan usaha
mandiri para penganggur terdidik, terutama di sektor UMKM.
Keempat, lebih dari sekadar program pelatihan untuk meningkatkan
kualitas dan kadar keberdayaan SDM pencari kerja yang terdidik, yang dibutuhkan
adalah substansi program pelatihan yang benar-benar dapat dijadikan modal
sosial untuk menyiasati dan mencuri celah pasar yang sangat kompetitif. Diakui
atau tidak, selama ini berbagai kegiatan pelatihan yang dikembangkan BLK maupun
lembaga kursus swasta alam masih belum mampu menjawab tantangan dan kebutuhan
pasar kerja yang ada.
Catatan Pendidikan Berbudaya
PENDIDIKAN Yang Berbudaya
By: Khoiruzadi
TIDAK terasa Republik Indonesia sudah berusia 71 tahun. Sebuah
perjalanan panjang bangsa. Membangun kejayaan bangsa yang semakin lama semakin
redup tergerus arus globalisaasi. Jati diri bangsa semakin luntur. Perubahan
terjadi di segala bidang termasuk pendidikan. Jika
kita tidak mampu mengelola perubahan itu dengan baik, maka secara otomatis kita
akan terpengaruh. Perubahan tersebut adalah mengenai tujuan pendidikan kita.
Pendidikan di Indonesia atau yang biasa disebut Pendidikan
Nasional merupakan pendidikan berwawasan pancasila yang berakar pada nilai
agama, budaya dan peka terhadap perkembanagan zaman. Sebagaimana tercantum
dalam UU sistem Pendidikan Nasional Nomor 2 tahun 2003 bahwa fungsi pendidikan
nasional adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak, serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman,
bertakwa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi
warga Negara yang demokratis serta tanggung jawab.
Sedangkan menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan
merupakan upaya untuk memajukan perkembangan budi pekerti yang terintegrasi
(batin, intelegensi, dan tubuh) untuk memajukan kesempurnaan hidup selaras alam
dan masyarakat. Di sini dapat dimengerti bahwa pendidikan dan kebudayaan
merupakan dua mata rantai yang tidak bisa dipisahkan.
Tetapi pada kenyataannya, pendidikan selalu dikaitkan
dengan keberhasilan dan kesuksesan. Orang berlomba-lomba untuk menempuh
pendidikan yang tinggi untuk mencari pekerjaan yang layak. Punya rumah besar,
mobil mewah dan harta melimpah. Agaknya ini yang membuat karakter bangsa mulai
luntur. Mereka mengagung-agungkan kecerdasan yang mereka miliki. Mereka
menghalalkan segala cara untuk mendapatkan apa yang diinginkan. Tak jarang kita
temui para elite politik dan cendikiawan melakukan korupsi dengan sadar dan
tanpa malu sedikit pun.
Lalu apa yang salah dari bangsa Indonesia? Secara umum
tampaknya tidak ada masalah bahkan bangsa ini cukup banyak menampilkan orang
orang yang cerdik dan pandai. Manusia Indonesia tidak bermasalah dengan IQ dan
otaknya, tetapi tampaknya tidak demikian dengan hati nurani yang mencerminkan
karakter dan jati dirinya. Karakter bangsa Indonesia yang terkenal ramah tamah,
sopan santun dan gotong royong berubah menjadi penampilan preman yang bengis
dan beringas yang tega pada sesamanya, yang tidak peduli lagi dengan nasib
bangsanaya.
"When Character is lost,
everything is lost," demikianlah pesan pepatah bijak, bahwa korupsi
di negeri ini bukan dilakukan oleh mereka yang tidak berpendidikan, bukan pula
oleh mereka yang tidak beragama, dan bukan pula oleh mereka yang tidak
mempunyai kedudukan, tetapi oleh mereka yang tidak mempunyai karakter lagi.
Pendidikan boleh tinggi, kedudukan boleh terhormat, tetapi apabila mereka tidak
mempunyai karakter yang baik, maka akan menjadi sia-sia.
Pendidikan di Indonesia adalah pendidikan yang berbudaya,
bukan pendidikan yang kapitalis. Pendidikan di Indonesia mencetak generasi yang
cerdas dan mempunyai karakter yang baik. Tujuan pendidikan kita adalah
membudayakan manusia. Maka, tujuan pendidikan nasional memang tidak bisa tidak
adalah untuk membudayakan manusia Indonesia sesuai dengan nilai nilai budayanya
sendiri, sesuai dengan karakter dan jati dirinya.
Pendidikan yang berbudaya sebaiknya diterapkan sejak
dini, ketika anak mulai masuk sekolah dasar. Pendidikan yang berbudaya
bertujuan untuk membentuk karakter sejak dini. Pendidikan yang berbudaya misalnya
mengajarkan pendidikan karakter yang baik. Nilai-nilai
pendidikan karakter tersebut adalah jujur, religius, toleransi, disiplin, kerja
keras, kreatif, mandiri, demoktratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan,
cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai,
gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab. Sehingga,
dengan adanya pendidikan berbudaya, diharapkan dapat mencetak generasi yang
cerdas dan mempunyai watak baik serta berakhlakul karimah.
Catatan Kuliah or Organisasi
KULIAH
atau ORGANISASI
by: Maulana Ainul Yaqin-kun
Wow… ini piihan atau sebuah keharusan yang
harus dipilih? Tentunya ini merupakan sesuatu yang harus dipilih dan dijalani
oleh setiap mahasiswa. Kenapa tidak…? Sebagai mahasiswa atau pelajar di sebuah
Perguruan Tinggi harus melaksanakan perkuliahan karena itu memang sudah menjadi
sebuah kewajiban ataupun atuaran yang telah ditetapkan oleh setiap perguruan
tinggi. Lalu bagaimana dengan organisasi..?
Istilah wadah untuk sekumpulan orang-orang
yang memiliki tujuan yang sama ini telah lama lahir dan sangat diakui
keberadaannya terutama pada kalangan masyarakat. Hmm…. Kenapa tidak mahasiswa
yang mendapat gelar sebagai Aktivis kampus pasti sering sekali terjun di
masyarakat sebagai bentuk sebuah pengabdian.
Berbicara organisasi diperguruan tinggi
pasti tak lepas dari peran mahasiswa sebagai agent of change yaitu sebagai
pembawa perubahan. Mahasiswa yang tergabung dalam sebuah organisasi pasti
memiliki softskill yang lebih dibanding mahasiswa umum yang tidak berorganisasi
sama sekali. Dari segi intelektual, public speaking, dan sosialnya. Hal
tersebut tidak dipungkiri lagi karena didalam organisasi memang sudah dilatih
untuk hal tersebut. Lalu bagaimana hubungan kuliah dengan organisasi? Banyak
persepsi bahwa organisasi mengganggu kuliah?
Pasti
ada hubungan dari keduanya tapi jika organisasi mengganggu kuliah, itu malah
kebalikan deh. Bisa dirasakan sendiri dan diperhatikan sendiri di perkuliahan
pasti tampak perbedaan antar mereka yang berorganisasi dengan tidak. Dari segi
penyampaian dan wawasan. Diorganisasi itu salah satu wadah untuk belajar, nhaa
aplikasinya di perkuliahan. Dan perlu diketahui ilmu yang kita dapat dari
perkuliahan hanya 40% dan 60% lagi didapat dari luar. Artinya bisa dikatakan
60% didapat dari berorganisasi dan aktivitas luar lainnya selain di
perkuliahan. Kalau tidak percaya bisa buktikan sendiri ok. Ingat gaes lulus
dengan nilai baik belum tentu mengantarkan kita pada keberhasilan berkarir.
Tapi kualitas skill kitalah yang akan menjadikan nilai baik dan mengantarkan
pada kesuksesan berkarir. J
Hukum Bacaan Al-Qomayiyah dan As-syamsiyah
Pengertian Hukum Al Syamsiyah beserta
Contoh
Pengertian
Al Syamsiyah adalah “Al” atau alif lam yang dirangkai dengan kata benda (isim)
yang diawali dengan salah satu dari huruf-huruf syamsiyah. Kalau secara bahasa
Syamsiah artinya matahari. dan cara membaca Al Syamsiyah yaitu dengan
memasukkan (mengidghamkan) “Al” (lam sukun) ke huruf-huruf syamsiyah sehingga
bacaan lam sukunnya hilang dan lebur ke dalam huruf syamsiyah yang
mengikutinya. Karena membacanya dengan diidghamkan, maka hukum bacaan “Al”
Syamsiyah sering juga disebut dengan Idgham Syamsiyah ( إِدْغَامْ شَمْسِيَّةْ )
Jumlah
huruf syamsiyah itu ada 14 huruf, yaitu huruf-huruf hijaiyah selain huruf-huruf
qamariyah (seperti di bawah), yakni ط ث ص ر ت ض ذ ن د س ظ ز ش ل. dan contoh Al
Syamsiyah adalah التَّكَاثُرُ اَ لثُّلُثُ اَلدّ َهْرُ اَلذِّ ْكُر
Pengertian Hukum Al Qamariyah beserta
Contoh
Pengertian
Al Qamariyah adalah “Al” yang dirangkai dengan kata benda (isim) yang diawali
dengan salah satu dari huruf-huruf qamariyah. Qamariyah artinya seperti Bulan.
Cara membaca “Al” Qamariyah harus jelas (izhhar), yakni tetap kelihatan bacan
lam sukunnya. Karena itulah hukum bacaan “Al” Qamariyah sering disebut dengan
Izhhar Qamariyah (إِظْهَارْ قَمَرِيَّةْ)
Jumlah
huruf qamariyah itu ada 14 huruf, seperti terangkum dalam rangkaian huruf atau
kalimat: yaitu huruf-huruf ( ا ب غ ح ج ك و خ ف ع ق ي م ه ). Contohnya adalah اَلْاَحَدُ اَلْحَمْدُ اَلمَقَابِرُ اَلْيَقِيْنِ اَلهُدَى
4 Perbedaan antara Al Syamsiyah dan
Al Qamariyah
No
|
Al
Syamsiyah
|
Al
Qamariyah
|
1.
|
Pada alif Lam syamsiah terdapat tanda
tasyidَّ
|
Pada alif lam Qomariyah terdapat tanda
sukun / mati
|
2.
|
Huruf اَلْ pada Alif lam Syamsiah tdk
dibaca al melainkan lebur kedalam huruf didepanya
|
Huruf l اَلْ pada Al Qomariyah dibaca al
( jelas al nya )
|
3.
|
Didepan Huruf اَلْ terdapat huruf
syamsiah
|
Didepan Huruf اَلْ terdapat huruf al
qomariyah
|
4.
|
Hurufnya ada 14 yaitu ط ث ص ر ت ض ذ ن د س
ظ ز ش ل
|
Hurufnya ada 14 yaitu ا ب غ ح ج ك و خ ف ع
ق ي م
|
Langganan:
Postingan (Atom)